Anggota Kopassus TNI Tembak Mati Gembong Pemberontak Kebal Peluru
VELOX - Sebagai salah satu satuan elite andalan TNI, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pernah terlibat dalam sejumlah misi yang sangat berat. Tak sedikit anggota Korps Baret Merah yang gugur saat menjalankan tugas, saat diterjunkan dalam operasi militer.
VIVA Militer mengisahkan sebelumnya dalam berita Senin 5 Mei 2021, pasukan Batalyon Infanteri 312/Kala Hitam (Yonif 312/KH) pernah berhadapan dengan seorang pemberontak yang punya ilmu kebal peluru. Akan tetapi pada akhirnya, sang pemberontak pun berhasil dilumpuhkan oleh prajurit TNI dari satuan tempur tersebut.
Tak cuma Yonif 312/Kala Hitam yang pernah berjumpa dengan sosok pemberontak yang punya ilmu kebal peluru. Apa yang dialami oleh satu kompi pasukan Kopassus di bawah pimpinan Lettu Inf Feisal Tanjung juga tak kalah menegangkan.
Menurut catatan yang dikutip VIVA Militer dari buku "Perjalanan Prajurit Para Komando", tepatnya pada 1967 sejumlah pasukan TNI dikerahkan ke sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk memburu dan menangkap simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI). Operasi ini dilakukan sebagai buntut dari peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI).
Saat itu, satu kompi pasukan Kopassus di bawah pimpinan Feisal tak sendirian. Turut dikerahkan pula Yonif Raider 408/Suhbrastha dan Yonif 410/Alugoro.
Saat menjalankan misi di sekitar wilayah Cepu hingga Ngawi, pasukan TNI mencium keberadaan padepokan milik seorang mantan Kepala Desa Nginggil yang menjadi gembong simpatisan PKI di wilayah itu.
Diketahui, nama mantan Kepala Desa itu adalah Mulyono Surodiharjo. Mulyono bukan orang sembarangan. Di padepokan yang dimilikinya itu, ratusan orang pengikutnya sangat loyal. Mulyono bahkan membentuk pasukannya sendiri, yang disebut Pasukan Banteng Wulung dan Pasukan Banteng Sarinah.
Mulyono pun disebut punya banyak ilmu kanuragan. Selain mampu mengobati orang sakit dan memiliki pengetahuan supranatural, Mulyono juga dikenal sakti. Jangankan senjata tajam, peluru pun tak bisa menembus tubuhnya. Oleh sebab itu, Mulyono lebih dikenal dengan sapaan Eyang Suro Nginggil.
Setelah tahu ada banyak simpatisan PKI di padepokan Eyang Suro Nginggil, pasukan TNI pun berhasil mengepungnya. Terjadi kontak tembak antara pasukan TNI dan simpatisan PKI di padepokan itu, yang berujung pada jatuhnya 70 orang korban dari pihak musuh.
Setelah tahu ada 70 orang anak buahnya yang tewas, Eyang Suro Nginggil pun akhirnya menyerah. Segera, Feisal pun melakukan interogasi terhadap dukun sakti itu. Saat dicecar sejumlah pertanyaan, Eyang Suro pun mengaku kepada Feisal bahwa ia bukan lah orang yang sakti.
Akan tetapi, dukun itu pun akhirnya ditembak mati. Sebab setelah selesai berdialog dengan Feisal, Eyang Suro dianggap hendak melarikan diri dari kepungan pasukan TNI saat itu.[sc]